Beberapa waktu lalu, rumahku kedatangan seseorang yang tidak dikenal. Pada saat itu, aku sedang di kamar bersama mamah yang sibuk dengan belanja online. "ka, ini gimana? Mamah mau beli ini. Ini murah loh, tadi mamah udah klik coba lihat". Langsung saja aku mengambil handphone nya dan melihat apa yang di klik. Ketika aku cek, tidak ada barang yang tersedia dalam etalase itu, artinya barang sudah habis. Aku bilang ke mamah "gak bisa mah, ini barangnya sudah habis jadi gak bisa di co".
Aku memberikan dan menunjukkan handphonenya ke mamah. Tapi dia tetap bersikeras bahwa dia sudah mengkliknya tadi. Lalu aku periksa lagi pada bagian pemesanan tapi hasilnya tetap nihil. Aku bilang lagi ke mamah "gak ada mah, nih lihat. Gak ada di pemesanan, berarti mamah belum beli. Kalau mamah masukin ke keranjang aja ya pasti akan keambil barangnya dengan yang lain kalau gak cepat dibayar atau dibeli". Setelah itu mamah baru paham dan sangat menyayangkan kehilangan barang tersebut.
Kemudian, terdengar suara orang "Assalamualaikum" beberapa kali. Aku berpikir mungkin itu tetangga sebelah yang kedatangan tamu. Tak lama terdengar lagi "Assalamualaikum" dan suaranya itu terdengar dekat sekali yang menandakan bahwa orang tersebut memang berada di depan rumahku. Aku sangat malas sekali menemuinya, aku pikir itu paling hanya abang paket namun kali ini agak berbeda.
Biasanya abang paket akan menyebutkan kata kuncinya. Kata kunci itu "permisi, paket" atau menyebutkan nama dulu seperti "Jihan, paket". Ada sih, beberapa yang mengucapkan salam juga namun tetap menggunakan kata kunci tersebut. Biasanya jika kita lama menanggapinya, paket akan dilemparkan ke teras rumah. Pada saat itu, aku malas sekali keluar dari kamar. Kalau aku keluar aku harus mengenakan jilbab atau mukena. Nah, kebetulan bapak datang ke kamarku dan mamah meminta bapak untuk mengecek siapa di depan.
Setelah beberapa menit kemudian bapak kembali lagi ke kamarku. Aku tanya "siapa, pak?". Bapak menjawab "itu orang jualan". Lalu aku menanggapi "jualan apaan?". Bapak membalas "dia bilang, dia musafir dari Bandung lalu tidak ada ongkos untuk pulang jadi dia jualan stiker seharga Rp. 10.000". Aku menanggapi "terus?" bapak menjawab "bapak bilang aja, aduh! Saya sedang sendiri di rumah dan tidak pegang uang".
Hal seperti ini sering banget terjadi di lingkungan rumahku. Seperti orang yang menawarkan bubuk anti nyamuk malaria, pengemis yang bilang belum makan, kehilangan uang, mengurus anak yatim, dan masih banyak lagi. Dari cara yang paling halus hingga memelas dilakukan. Modusnya hampir sama ya, jika kita memberikan uang ke mereka biasanya teman-teman satu komplotannya akan kembali ke rumah kita. Bahkan banyak juga yang sampai berbohong katanya rumah kita direkomendasikan oleh tetangga di dekat rumah atau sudah mendapatkan izin dari RT/RW setempat. Itu kan aneh banget sih.
Untukku sendiri, kalau ada orang yang seperti ini kerumah, aku tidak pernah memberikan uang. Khawatir itu adalah penipuan namun aku sangat menyayangkan tindakan ini karena orang-orang yang memang kesusahan dan benar-benar membutuhkan bantuan jadi korbannya. Tapi perlu diingat tidak semuanya seperti ini. Ada juga yang masih memberikan uang kepada mereka. Aku tidak pernah ada masalah karena setiap orang memiliki pandangan masing-masing.
Kita harus dan selalu hati-hati dengan orang lain. Kadang niat baik kita sering kali dimanfaatkan. Setahu aku ya, banyak kok orang-orang yang kesusahan itu tidak mau mengemis. Mereka lebih memilih untuk bekerja secara halal walaupun memang bayarannya kecil tapi mereka bersyukur. Aku lebih suka membantu orang tersebut, setahu aku, di agama islam sendiri melarang untuk meminta-minta. Banyak banget orang yang meminta-minta adalah orang yang masih produktif untuk bekerja. Mungkin mereka mengira meminta-minta itu menghasilkan banyak uang. Seoertinya harus membenahi pikiran tersebut.